Mengapa Makhluk Ghaib Ingin Bersahabat Dengan Manusia?
Artikel » Mengapa Makhluk Ghaib Ingin Bersahabat Dengan Manusia?
Dari zaman dahulu pembahasan mengenai makhluk gaib selalu tiada habisnya. Seolah ia menjadi primadona bagi kalangan tertentu. Baik yang memperbincangkannya hanya sekadar sharing pengalaman. Sampai yang membahasnya ke tingkat yang lebih serius. Perbincangan mengenai makhluk gaib dan alamnya ini pun tidak hanya di lokalitas tertentu saja. Tetapi perdebatan dan perbincangan ini telah ada puluhan hingga ribuan tahun yang lalu. Bahkan ranahnya pun hingga sampai ke penjuru dunia.
Waktu kita kecil pasti kita pernah mendengar dongeng antara jin dan manusia. Misalnya cerita atau legenda “Seribu Satu Malam” tentang tokoh Aladdin dari negara Iraq, tepatnya kerajaan Baghdad. Kisah ini menceritakan persahabatan antara Aladdin dan jin lampu. Jin tersebut menjadi abdi yang setia, lantaran sifat dan karakter Aladdin yang baik hati. Di balik itu, jin tersebut juga menghambakan diri karena ia merasa berhutang jasa kepada manusia yang telah melakukan kebaikan untuknya.
Ternyata pengetahuan mengenai jin ini tidak hanya ada di dalam agama tertentu. Di dalam ajaran agama Samawi apapun keterangan tentang jin ini banyak termaktub. Jauh dari munculnya agama Samawi, manusia telah mengenal adanya makhluk astral ini. Kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang lebih dulu dianut manusia, menempatkan pengetahuan terhadap Jin ini lebih dahulu dibanding munculnya teknologi yang diciptakan dan dikenal manusia.
Mengapa Jin Memilih Manusia untuk Dijadikan Sahabat?
Pertanyaan itu memang sangat mendasar. Mengapa manusia, bukan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Padahal dalam kitab suci disebutkan kedudukan jin yang setara dengan manusia dalam hal beribadah, yaitu sama-sama menyembah Tuhan. Kehidupan di alam jin dan manusia sebenarnya tidak jauh berbeda. Mereka memiliki bangsa dan ras yang bermacam-macam seperti manusia. Lingkungan tinggal mereka ada perkotaan, pedesaan, atau pun belantara.
Hanya, entitas atau wujud jin ini bisa bermacam-macam dibanding manusia. Wajah dan karakter fisik mereka menunjukkan karakter sifat mereka. Misalnya, jin yang jahat akan terlihat begitu menyeramkan. Tidak enak dipandang mata. Sebaliknya jin yang baik, akan menunjukkan entitas yang baik pula. Kualitas penampakan yang baik ini menunjukkan derajat mereka di kalangannya.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diciptakan Tuhan paling sempurna dibanding makhluk lain. Tuhan mempercayakan wahyu-nya disampaikan oleh manusia bukan oleh Jin. Kesempurnaan akal, iman, dan qalbu manusia tidak bisa disandingkan dengan makhluk lain. Inilah bagian kecil dari alasan mengapa jin manaruh minat untuk bersahabat dengan manusia. Sebab sejarah telah banyak membuktikan bahwa makhluk pilihan Tuhan berasal dari golongan manusia bukan dari golongan yang lain.
Argumen di atas dikuatkan dengan pernyataan bahwa manusia diciptakan ke dunia untuk menjadi khalifah. Tidak ada dalil satu pun yang menjelaskan Tuhan menciptakan jin untuk menjadi khalifah. Oleh karena itu, kebanyakan para jin menganggap manusia adalah makhluk yang istimewa kedudukannya di dunia ini. Manusia mempunyai nilai plus dibandingkan dengan jin.
Lalu mungkinkah jin bersahabat dengan manusia? Sangat memungkinkan. Bisa manusia yang ingin bersahabat dengan jin. Ada kalanya pula dari kalangan jin yang ingin bersahabat dengan manusia. Namun perbedaan dimensi membuat jalinan persahabatan antara keduanya hanya bagi orang-orang tertentu saja yang bisa. Maksudnya, tidak semua orang bisa bersahabat dengan jin. Dan tidak semua jin bisa bersahabat dengan manusia.
Manusia yang sudah kedigdayaan batinnya tinggi saja yang bisa menjalin hubungan dengan jin. Manusia yang biasa mengolah sukma dan batinnya bisa bersahabat dengan jin layaknya bersahabat dengan manusia. Umumnya jin (yang menjadi sahabat manusia) itu mengikuti apa yang menjadi kehendak manusia. Mereka (golongan jin) bisa diajak untuk menuju kebaikan. Banyak juga yang menurut untuk dijadikan teman untuk hal kebatilan.
Jin yang sudah bersahabat dengan manusia biasanya bisa sangat dekat. Melebihi hubungannya dengan seorang sahabat karib. Dimana pun dan kapanpun manusia membutuhkan bantuan sahabatnya dari golongan jin itu, dalam waktu sekejap ia berada disanding manusia untuk membantu.
Namun tak jarang pula jin ini sangat sensitif. Menganggap orang kecemburuannya begitu besar. Maka dari itu jin yang menjadi sahabat harus diberi pengertian mengenai lingkungan yang menjadi tempat tinggal manusia. Baik mengenai saudara, keluarga, teman, atau relasinya di alam fisik. Jangan sampai jin ini salah paham sehingga justru membahayakan orang-orang di sekeliling manusia.
Ada sedikit kisah unik dari Kyai Sepuh dari daerah Pati yang bersahabat dengan Jin. Suatu ketika Jin sahabat Sang Kyai Sepuh mendengar perselisihan kecil antara Sang Kyai dengan istrinya. Jin sahabat Kyai itu pun merasa geram dengan sang istri kyai. Ketika Kyai melakukan bepergian jauh untuk berdakwah istri dan anaknya ditinggal di rumah. Sang Kyai Sepuh hanya mengajak beberapa santrinya untuk menemaninya.
Di tengah jalan Sang Kyai merasa ada firasat aneh. Ternyata firasat aneh sang Kyai memang menjadi pertanda. Ketika sang kyai pergi ternyata istrinya mendapati seekor ular besar di atas ranjangnya. Ular besar itu adalah jelmaan jin sahabat kyai. Jin itu ingin memberi pelajaran kepada istri sang kyai dengan menakut-nakutinya. Istrinya jadi tidak mau lagi tidur sekamar dengan sang kyai.
Mengetahui persoalan ini sang Kyai pun mencoba memberi pengertian kepada sahabatnya. Bahwa perselisihan yang terjadi antara ia dengan istrinya ada perkara yang wajar. Persoalan yang sering terjadi di dalam rumah tangga. Mendengar penjelasan ini Sang Jin sahabat kyai meminta maaf atas ulah usilnya. Sang Kyai pun memaklumi.
Persahabatan jin dengan manusia ini pun sudah banyak tercatat di dalam sejarah. Seperti kisah yang tenar antara Nabi Sulaiman dengan jin Ifrit. Jin yang terkenal paling cerdik di antara golongannya. Namun jin Ifrit adalah hamba bagi Nabi Sulaiman bukan sebaliknya. Ini menunjukkan kedudukan manusia yang lebih tinggi dibandingkan dengan jin.
Boleh kita bersahabat dengan Jin tetapi jangan sampai justru kita yang menjadi hamba mereka. Sebab pada hakikatnya kita adalah makhluk paling mulia di antara makhluk lainnya. Kita harus selalu ingat ada jin yang baik ada pula jin yang buruk perangainya. Jin yang baik tentu saja senang jika diajak untuk kebaikan. Jin yang jahat sebaliknya, ia amat senang dan mudah untuk diajak untuk berbuat hal-hal yang melenceng dari norma dan etika. Jin yang baik tidak akan mengganggu. Bagi yang sudah akrab dan bersahabat, justru ia akan hadir di kala manusia yang menjadi sahabatnya membutuhkannya.